ArahIndonesia.com | Wali Kota Medan Bobby Nasution memastikan pemberitaan soal Medan Kota Terkotor Tahun 2022 adalah hoaks.
Menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sampai saat ini belum mengumumkan soal penghargaan Adipura tahun 2022. Sehingga dia dengan tegas menyatakan pemberitaan yang beredar itu adalah hoaks.
“Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum merilis terkait predikat Medan Kota terjorok 2022. Jadi, saya tegaskan pemberitaan yang melansir Medan Kota Terkotor 2022 adalah hoaks,” tegas Bobby Nasution, Rabu (25/1/2023).
Persoalan kebersihan Kota Medan, kata Bobby merupakan salah satu program prioritas yang fokus mereka tangani untuk keluar dari predikat kota terkotor di tahun 2018. Sehingga camat dan lurah selalu dia minta untuk menjaga kebersihan wilayahnya.
“Camat dan lurah selalu saya tekankan untuk menjaga kebersihan wilayahnya masing-masing,” ungkapnya.
Hal itu disampaikan langsung oleh orang tua Ketua Nahyan itu saat memimpin Rapat Koordinasi Persampahan Dalam Rangka Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Retribusi Sampah (WRS) Untuk Peningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan di Balai Kota Medan, siang tadi.
Dalam rapat itu, Bobby juga meminta agar aplikasi Medan Clean Track (MCT) diaktifkan kembali. Sebab, aplikasi ini merupakan salah satu solusi efektif dalam menangani masalah persampahan di Kota Medan.
Karena melalui MCT, dapat diketahui keberadaan truk sampah secara real time. Selain itu, mampu mengecek rute perjalanan armada untuk memastikan truk sampah membawa sampah-sampah hingga ke tempat pemprosesan akhir (TPA).
“Tolong komunikasikan dengan Dinas Kominfo Kota Medan agar MCT diaktifkan kembali,” ujarnya.
Dalam rapat koordinasi itu, Bobby meminta kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan agar melakukan inovasi dalam optimalisasi peningkatan WRS. Dia meminta pengutipan retribusi sampah yang selama ini secara manual agar diubah menjadi digital.
“Jika hari ini pengutipan secara manual kurang efektif, coba pengutipannya menggunakan sistem digital,” harapnya.
Namun untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembayaran retribusi, Bobby menekankan perlu kerja keras di awal untuk memastikan lingkungan sekitar dibersihkan. Karena menurutnya, jika lingkungan sudah bersih maka masyarakat dengan senang hati akan membayar retribusi itu.
“Jika lingkungan sudah bersih, Insya Allah masyarakat dengan senang hati untuk membayar retribusi setiap bulannya. Untuk itu terus tingkat kinerja, berinovasi dan berkolaborasi dengan kewilayahan,” tutupnya. (red/detik/Ai)